An-Najah.net – Demokrasi adalah alat barat dalam membodohi kaum Muslimin. Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos atau kratein yang berarti kekuasaan atau berkuasa.
Abraham Lincoln mengatakan democracy is the government from the people, by the people, and for the people. demokrasi merupakan pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Lihat (https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi)
Demokrasi Hanyalah Sebuah Ilusi
Pendukung demokrasi sangat bangga dengan menyatakan bahwa dalam demokrasi setiap keputusan yang diambil adalah suara mayoritas rakyat. Namun, kenyataannya tidaklah begitu. Tetap saja keputusan diambil oleh sekelompok orang yang berkuasa, yang memiliki modal besar, kelompok berpengaruh dari keluarga bangsawan, atau dari militer. Dalam sistem kapitalis (orang yang bermodal besar), kekuatan pemilik modal menjadi faktor yang sangat penting dalam pengambilan keputusan, bukan rakyat secara keseluruhan. Merekalah yang banyak mempengaruhi pengambilan keputusan di parlemen atau pemerintahan.
Demokrasi yang katanya “Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat”, tidak berfungsi sama sekali dalam sistem ini. Maka dari itu Demokrasi hanyalah sebuah ilusi.
Saudaraku, mengapa bisa demikian? Karena, di dalamnya terdapat sistem kapitalis, calon anggota parlemen haruslah memiliki modal yang besar untuk mencalonkan diri. Karena itu, kalau dia sendiri bukan pengusaha kaya, dia akan dicalonkan atau disponsori oleh para pengusaha kaya, sehingga politik uang sangat sering terjadi. Bisa disebut hampir mustahil, kalau ada orang bisa mencalonkan diri menjadi presiden atau anggota parlemen tanpa memiliki modal.
Demokrasi Alat Penjajahan Barat
Propaganda demokratisasi (pendemokrasian) di negeri-negeri Islam pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari kepentingan negara-negara kapitalis penjajah. Sebab, tujuan dari politik luar negeri dari negara-negara kapitalis itu memang menyebarkan ideologi Kapitalisme mereka, dengan demokrasi sebagai derivatnya. Tersebarnya nilai-nilai Kapitalisme di dunia ini akan menguntungkan negara-negara kapitalis; mereka akan tetap dapat mempertahankan penjajahannya atas negeri-negeri Islam.
Demokrasi digunakan untuk menjauhkan kaum Muslim dari sistem Islam yang bersumber dari Allah Swt. Sebab, demokrasi menyerahkan kedaulatan ke tangan manusia, sementara dalam Islam kedaulatan ada di tangan Allah Swt. Demokrasi pun digunakan untuk memerangi kaum Muslim. Atas nama menegakkan demokrasi dan memerangi terorisme, negeri-negeri Islam diserang dan dijajah, seperti yang terjadi di Nyanmar, Rohingya, Syam dan belahan bumi Islam yang lainnya.
Untuk menyebarluaskan demokrasi itu, negara-negara kapitalis melakukan berbagai penipuan dan kebohongan. Ide demokrasi pun dikemas sedemikian rupa sehingga tampak bagus dan memberikan harapan kepada kaum Muslim.
Begitu juga yang terjadi di Indonesia yang bersistem Demokrasi. Yang di kemas dengan sebaik mungkin. Namun, apa yang terjadi (dengan kehendak Allah) terungkaplah kebobrokan sistem demokrasi tersebut.
Jika kita mengikuti kabar berita, pasti tidak asing di telinga kita, kabar kecurangan dalam pemilu Pulgub di daerah Lampung. Yang mana rapat tersebut dihadiri KPU (Komisi Pemilihan Umum) Lampung, Bawaslu (Badab Pengawas Pemilihan Umum) Lampung, kepolisian, dan kejaksaan itu, anggota DPRD Lampung Eva Dwiana mengamuk.
Pemandangan yang tidak biasa terjadi dalam rapat koordinasi di DPRD Lampung, Jumat, 29 Juni 2018 sore yang lalu. Ketika bunda Eva Dwiana (Istri calon gubernur Lampung no urut 2) yang menggebrak meja saat rapat berlangsung.
Ia mengkritik Bawaslu yang dinilai tidak mampu menyelesaikan perkara dugaan politik uang di Pilgub Lampung dengan banyaknya laporan yang masuk. Padahal, menurut dia politik uang terjadi di mana-mana. Bahkan, di antara perkataan, “Kalau gini gak usah kita capek-capek melaksanakan pilkada”, kalau isinya uang ada di mana-mana dan Bawaslu kurang mampu menyelesaikan perkara dalam Pilgub Lampung.
Kasus di atas adalah salah satu potret kecurangan pemilu yang ada di Lampung.
Belum lagi jika kita mau melihat belahan Indonesia yang berhukum dengan hukum Demokrasi, maka kita akan banyak sekali melihat kecurangan-kecurangan di sana sini karena Demokrasi hanyalah alat penjajahan barat untuk menjauhkan umat Islam dari syariat Islam.
Dari Sisi Agama
Bila kita bandingkan dengan syariat Islam sungguh sangat jauh. Islam agama denga syariat yang rahmat bagi seluruh alam sedangkan Demokrasi sistem penuh dengan kebobrokan. Diantaranya:
Pertama, Rakyatlah yang menetapkan hukum untuk dirinya sendiri, bukan Rabb yang telah menciptakaanya yaitu Allah Ta’ala.
Kedua, kebebasan berkeyakinan, bahkan meskipun murtad sekalipun. Begitu pula kebebasan berekspresi, bahkan tidak masalah mencela dan melecehkan agama Allah. karena dalam pandangan demokrasi, tidak ada sesuatupun yang tidak bisa dikritik dan digugat atau dipertanyakan dan diprotes!
Ketiga, keputusan di ambil pada hasil suara terbanyak dan mengkultuskan apa saja yang menjadi hasilnya, meskipun hasilnya batil sekaligus!
Keempat, Menyandarkan pada mekanisme pemungutan suara dalam pemilihan segala sesuatu, meskipun itu terhadap dien Allah Ta’ala. Serta menyamakan antara manusia yang paling baik dan paling berilmu dengan manusia yang paling keji dan paling bodoh dalam memilih pemimpin.
Apa Solusinya?
Kebobrokkan demokrasi tidak bisa dibiarkan lebih lama. Sungguh Islam merupakan solusi utama. Tidak ada solusi lain selain Islam entah itu Demokrasi, dan lain sebagainya. Karena Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya untuk ummat Islam saja, juga untuk ummat selain Islam. Dan hanya dengan penerapan aturan syariat Islamlah kaum Muslimin terbebas dari berbagai persoalan dan penjajahan.
Bahkan ketika Islam bisa diterapkan secara kaffah pada masa Rasulullah Saw, ummat selain Islam pun merasakan kemaslahatan dari penerapan Islam di seluruh sendi kehidupan. Jadi pertanyaannya, kenapa masih ragu dengan syariat Islam?
Semoga Allah Ta’ala menurunkan pertolongan serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga, kita dibimbing kepada jalan-Nya yang lurus hingga akhir zaman, amin. Wallahu ‘alam
Penulis: Ibnu Jihad
Editor: Ibnu Alatas